Foto: ilustrasi diskusi pelaja |
Suasana penuh gayeng, serius, sembari diiringi tawa guyonan, siang itu, menjadi
ajang penuh keakraban, dikala para kader IPNU-IPPNU Jombang, tengah berkumpul di
Aula PCNU, Jalan Gatot Subroto, Jombang. Minggu, (16/09).
Bermodalkan rujakan mangga muda, berlangsung diskusi obyektif, diplomatis
dan revolusioner, yang dapat digambarkan pada forum siang itu. Dengan format
melingkar, kurang lebih 15 pelajar yang rata-rata masih berproses dibangku
perguruan tinggi di Jombang, mereka saling tukar pikiran, mempresentasikan, menanggapi,
dan ada juga yang memperkuat argumennya masing-masing.
Mereka itu tak lain adalah pengurus internal pimpinan cabang IPNU-IPPNU Jombang dan segenap jajarannya.
Mereka itu tak lain adalah pengurus internal pimpinan cabang IPNU-IPPNU Jombang dan segenap jajarannya.
Forum yang diberi nama, forum belajar pelajar Nahdlatul Ulama (FBPNU) ini, disediakan
sebagai media untuk menjalin keakraban emosional diinternal pengurus. Selain
itu, juga sebagai ruang memperkaya keilmuan, sekaligus sebagai media untuk memahami
betul kondisi realiatas sosial saat ini. ”forum ini dibuat sebagai media
menjalin keakraban dan juga sebagai ruang belajar untuk mengasah argumentasi”
kata Syekh Romli, ketua PC IPNU Jombang.
Apa yang menjadi tema, siang
itu?
Munculnya berbagai persoalan sosial, budaya dan politik, ditengah arus dan gelombang
dinamika masyarakat, mereka mencoba menganilisis serta mendiskusikannya dan menariknya
kepada peran organisasi. Itulah sedikit gambaran tema diskusi pada siang itu.
Beberapa kasus radikalisasi agama, isu SARA, sampai isu kerukunan umat
beragama, tidak luput dari diskusi panas mereka. Dalam diskusinya tersebut,
juga, mengecam atas kasus SARA yang terjadi di Sampang, Madura, dan kasus penistaan
agama, yang baru-baru ini muncul dan sempat membuat umat muslim dunia marah. Tidak
lain adalah, Film yang melecehkan Nabi Muhammad, berjudul ” innocence of muslims”.
Mereka menilai bahwa, toleransi umat
beragama itu penting diwujudkan. Terlebih di negara Indonesia. ”negara kita
itu, negara yang berazazkan pancasila, yang artinya negara kesatuan, bukan
negara Islam. Jadi,
kerukunan antar umat beragama harus dijaga” kata, Mundhir, pengurus PAC IPNU Mojoagung
Jombang.
Sebagai organisasi yang basicnya dipelajar, pengurus IPNU-IPPNU ini,
mencoba memparadokkan persoalan-persoalan sosial itu dengan dampak dan peran
pelajar saat ini.
Ruh Organisasi Menghilang
Disela-sela diskusi tersebut, dikatakan, bahwa peran organisasi IPNU-IPPNU sangat strategis
dalam memperkaya khasanah keilmuan pelajar. Setidaknya, sebagai organisasi yang
berbasis di pelajar NU, selain membawa misi, visi NU, serta nilai-nilai
Ahlusunnah Wal-jama’ah (ASWAJA), juga diharapkan sebagai media yang menanamkan
moral agamis nasionalis, yang diantaranya adalah menanamkan semangat toleransi
antar umat beragama, sebagai bentuk dari rasa cinta tanah air negeri ini.
Mundhir, pengurus pimpinan cabang IPNU Jombang, lulusan IAIN Surabaya ini
mengatakan, bahwa kehidupan saat ini memang sangat keras. Banyaknya pilihan
yang harus dihadapi oleh generasi muda saat ini, terlebih pada pelajar. Jika
generasi muda atau pelajar itu tidak memahami betul lingkungannya, bisa saja
mereka terjerumus pada pilihan yang negatif, ”maraknya tawuran antar pelajar,
seks bebas, pengaruh narkoba” katanya. ”jika IPNU-IPPNU adalah salah satu
pilihan itu, setidaknya IPNU mampu masuk
diwilayah internal sekolahan” lanjut Mundhir
Akan tetapi, lain harapan, lain pula persoalan. Machbubah mengungkapkan, terlebih
dia mengkritisi wilayah internal organisasi. Rupanya, aktifis pelajar putri Nahdlatul
Ulama ini, memahami betul akan kondisi organisasinya saat ini. Menurutnya,
organisasi yang dikelola dengan optimal, akan lebih mudah untuk menggapai
tujuannya. Dimana sumber daya yang ada dalam organisasi, harus di optimalkan
secara maksimal.
Dilanjutkannya, bahwa ruh organisasinya saat ini hampir hilang, itu
dikarenakan belum maksimalnya organisasi dalam mengkelola media yang secara
berkelanjutan dapat mengoptimalkan wilayah emosional, intelektual dan
spiritual. ”ruh organisasi kita saat ini hampir menghilang”, katanya. ”belum
lagi, persoalan antar pengurus belum terjalin emosional dengan baik, rasa
kebesamaannya kurang. Bagaimana bisa menjalankan program organisasi, kalau
secara emosional kita belum ketemu”, tambah, wakil ketua PC IPPNU Jombang ini. (hin)
0 komentar:
Posting Komentar