13 November 2012

Said Aqiel Lantik PCNU Jombang



Prosesi pelantikan pengurus PCNU Jombang periode 2912-2017
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU), Said Aqil Siraj melantik kepengurusan PC NU Kabupaten Jombang masa khidmat 2012 - 2017 di Ponpes Mambaul Ma'arif Denanyar, Sabtu (27/10/2012). Acara pelantikan itu juga dihadiri Ketua DPW PKB Jatim, Abdul Halim Iskandar, serta Bupati Jombang Suyanto.

Dalam pelantikan itu, seluruh pengurus PCNU yang dikatuai KH Isrofil Amar berjajar di atas panggung. Selanjutnya, Said Aqiel membacakan sumpah jabatan yang ditirukan oleh segenap pengurus.
"Kami berharap NU semakin bermanfaat untuk kemaslahatan umat," kata Said berpesan.Lebih jauh, Said meminta agar pengurus NU menerapkan menejemen terbuka. Mulai dari administrasi hingga kepemimpinan. "Kalau tidak terbuka, kita akan tergilas roda globalisasi," katanya di hadapan hadirin.

Said juga berharap, NU selalu bekerja sama dengan program-program pemerintah. Dengan catatan, kata Said, program tersebut bervisi kerakyatan. Selain itu, pihaknya juga menandaskan pentingnya membangun civil society

Organisasi arus Dikelola Secara Ilmiah Dan Terbuka
Kira-kira Nahdlatul Ulama (NU) 100 tahun yang akan datang seperti apa? Inilah pertanyaan kunci yang membuka pidato pengarahan KH DR Said Agil Siradj, selaku ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), setelah melantik Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang pada Sabtu (27/10) di Aula PP Mambaul Maarif Denanyar Jombang.

Pertanyaan itu muncul dilandasai oleh kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik yang saat ini terjadi. “Sekarang mungkin masih banyak kiyai. Kita tidak tahu apakah 100 tahun yang akan datang masih ada kiyai?”, lanjutnya.

Perubahan yang sangat cepat saat ini, dipengaruhi oleh proses globalisasi yang terus berjalan. “adapun ciri-ciri globalisasi bisa kita lihat antara lain, keterbukaan”, katanya. Semakin ke depan akan semakin terbuka. Karena itu dalam menjalankan organisasi juga harus terbuka. Dalam membuat program harus terbuka, dalam mengatur orang juga harus terbuka, juga dalam keuangan, harus terbuka.

“Jika kita tidak terbuka, maka akan terbuka dengan sendirinya, karena saat ini teknologi internet bisa membuka apapun yang sekarang kita tutup-tutupi”, katanya. lebih lanjut dia mengatakan “Jika kita mendapat bantuan dari siapapun harus dikatakan atau dilaporkan secara terbuka. Dari mana kita dapatkan dan siapa yang memberikan” “Ciri globalisasi yang kedua adalah ilimiah atau empirik. Semua hal harus berdasarkan hujjah ilmiah”, sambungnya. Begitu pula dalam membuat program, kita juga harus ilmiah atau empirik dalam menyusunnya. Tidak bisa lagi kita hanya sekedar menakut-nakuti masyarakat masyarakat dengan api neraka atau mengiming-imingi masyarakat dengan kelezatan surga.

Ciri globalisasi yang ketiga menurutnya adalah pemerintah tidak akan berwibawa 100 persen. “kenapa pemerintah tidak bisa berwibawa 100 persen. Karena pemerintah tidak bisa lagi mengendalikan harga”, tegasnya. Harga saat ini dikendalikan oleh satu kekuatan besar yang bernama pasar. Karena pemerintah tidak bisa mengendalikan harga, maka yang bisa dilakukan oleh pemerintah hanya subsidi agar harga tidak terlalu berat bagi rakyat.

“Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah jika kondisinya seperti ini? yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah menggandeng kekuatan civil society”, jawabnya dengan tegas.

Adapun yang ciri globalisasi yang terkahir menurut Kiyai Said adalah sikap pragmatis. Semua ingin dicapai secara mudah dan dengan cara yang singkat. Sehingga proses untuk mencapai tujuan diabaikan, yang penting segera mendapatkan yang diinginkan. (*)

Sumber : beritajatim.com & NU Jombang Online

0 komentar:

Posting Komentar