Prosesi pelantikan pengurus PCNU Jombang periode 2912-2017 |
Ketua
Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB NU), Said Aqil Siraj melantik
kepengurusan PC NU Kabupaten Jombang masa khidmat 2012 - 2017 di Ponpes Mambaul
Ma'arif Denanyar, Sabtu (27/10/2012). Acara pelantikan itu juga dihadiri Ketua
DPW PKB Jatim, Abdul Halim Iskandar, serta Bupati Jombang Suyanto.
Dalam
pelantikan itu, seluruh pengurus PCNU yang dikatuai KH Isrofil Amar berjajar di
atas panggung. Selanjutnya, Said Aqiel membacakan sumpah jabatan yang ditirukan
oleh segenap pengurus.
"Kami
berharap NU semakin bermanfaat untuk kemaslahatan umat," kata Said
berpesan.Lebih jauh, Said meminta agar pengurus NU menerapkan menejemen
terbuka. Mulai dari administrasi hingga kepemimpinan. "Kalau tidak
terbuka, kita akan tergilas roda globalisasi," katanya di hadapan hadirin.Said juga berharap, NU selalu bekerja sama dengan program-program pemerintah. Dengan catatan, kata Said, program tersebut bervisi kerakyatan. Selain itu, pihaknya juga menandaskan pentingnya membangun civil society
Organisasi
arus Dikelola Secara Ilmiah Dan Terbuka
Kira-kira Nahdlatul Ulama (NU) 100 tahun yang akan datang seperti apa? Inilah pertanyaan kunci yang membuka pidato pengarahan KH DR Said Agil Siradj, selaku ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), setelah melantik Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang pada Sabtu (27/10) di Aula PP Mambaul Maarif Denanyar Jombang.
Kira-kira Nahdlatul Ulama (NU) 100 tahun yang akan datang seperti apa? Inilah pertanyaan kunci yang membuka pidato pengarahan KH DR Said Agil Siradj, selaku ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), setelah melantik Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang pada Sabtu (27/10) di Aula PP Mambaul Maarif Denanyar Jombang.
Pertanyaan
itu muncul dilandasai oleh kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik yang
saat ini terjadi. “Sekarang mungkin masih banyak kiyai. Kita tidak tahu apakah
100 tahun yang akan datang masih ada kiyai?”, lanjutnya.
Perubahan
yang sangat cepat saat ini, dipengaruhi oleh proses globalisasi yang terus
berjalan. “adapun ciri-ciri globalisasi bisa kita lihat antara lain, keterbukaan”,
katanya. Semakin ke depan akan semakin terbuka. Karena itu dalam menjalankan
organisasi juga harus terbuka. Dalam membuat program harus terbuka, dalam
mengatur orang juga harus terbuka, juga dalam keuangan, harus terbuka.
“Jika
kita tidak terbuka, maka akan terbuka dengan sendirinya, karena saat ini
teknologi internet bisa membuka apapun yang sekarang kita tutup-tutupi”,
katanya. lebih lanjut dia mengatakan “Jika kita mendapat bantuan dari siapapun
harus dikatakan atau dilaporkan secara terbuka. Dari mana kita dapatkan dan
siapa yang memberikan” “Ciri globalisasi yang kedua adalah ilimiah atau
empirik. Semua hal harus berdasarkan hujjah ilmiah”, sambungnya. Begitu pula
dalam membuat program, kita juga harus ilmiah atau empirik dalam menyusunnya.
Tidak bisa lagi kita hanya sekedar menakut-nakuti masyarakat masyarakat dengan
api neraka atau mengiming-imingi masyarakat dengan kelezatan surga.
Ciri
globalisasi yang ketiga menurutnya adalah pemerintah tidak akan berwibawa 100
persen. “kenapa pemerintah tidak bisa berwibawa 100 persen. Karena pemerintah
tidak bisa lagi mengendalikan harga”, tegasnya. Harga saat ini dikendalikan
oleh satu kekuatan besar yang bernama pasar. Karena pemerintah tidak bisa
mengendalikan harga, maka yang bisa dilakukan oleh pemerintah hanya subsidi
agar harga tidak terlalu berat bagi rakyat.
“Apa
yang harus dilakukan oleh pemerintah jika kondisinya seperti ini? yang harus
dilakukan oleh pemerintah adalah menggandeng kekuatan civil society”, jawabnya
dengan tegas.
Adapun
yang ciri globalisasi yang terkahir menurut Kiyai Said adalah sikap pragmatis.
Semua ingin dicapai secara mudah dan dengan cara yang singkat. Sehingga proses
untuk mencapai tujuan diabaikan, yang penting segera mendapatkan yang
diinginkan. (*)
Sumber
: beritajatim.com & NU Jombang Online
0 komentar:
Posting Komentar