Ditulis Oleh:
Achmad Zamzami
Kordinator Departemen Jaringan Sekolah PP.IPNU
Setiap masyarakat tentu memiliki lembaga Kepeminpinan, besar atau
kecil, kuat ataupun lemah. Lembaga Kepemimpinan sangat diperlukan oleh
setiap masyarakat itu sendiri sebab disitu terdapat pemusatan
proses-proses pengambilan keputasan dan pengarahan sumber-sumber yang
ada pada masyarakat.
Proses itu diperlukan dalam rangka mewujudkan tujuan masyarakat itu sendiri sebagai system yang hidup.
Tujuan itu tidak datang begitu saja. Ia adalah tujuan bersama yang
disepakati. Tujuan berada dalam hububungan tertentu dengan budaya
masyarakat bersangkutan. Lembaga-lembaga itu dalam masyarakat bertugas
menjaga agar pola-pola yang ada dalam masyarakat. Berjalan semestinya
secara lestari dan hubugan harmonis seimbang dengan factor cultural itu.
Tujuan masyarakat tidaklah cukup dengan memperoleh kebenaran saja,
karena sudah memiliki hubungan yang serasi dengan factor cultural. Ia
juga harus dalam hubungan tertentu dengan bagian dalam masyarakat itu
sendiri yang bertugas memelihara kekompakan diantara bagian-bagiannya
dan menjauhkan kemungkinan konflik. Dengan kata lain tujuan masyaraat
tidak boleh menimbulkan disentegrasi masyarakat itu sendiri.
Yang perlu harus kita tegaskan bahwa yang perlu diperlukan oleh seorang pemimpin pertama dan terutama yaitu integritasnya sebagai
sebagai manusia ialah integritas pribadi. Memimpin bukanlah sekedar
dalam arti mengepalai. Kepemimpinan yang efektif tidaklah cukup dalam
arti sempit memimpin, teteapi haruslah pula dalam arti luas yaitu mendorong,
mendidik, memberi teladan mempelopori, menuntut dan berkorban dalam
usaha memperbaiki keadaan, mengejar cita-cita, membawa jalan keluar dari
kesulitan dan seterusnya. Kepala adalah sekedar “pemimpin”
formal yang diangkat oleh badan berkuasa. Kepala mendapat tanggung jawab
dan wewenang tertentu seperti lazimnya dalam suatu jabatan
kantor,organisasi dan sebagainya. Karena itulah tidak jarang adanya
kepala-kepala yang kurang nilainya dalam makna kepemimpinan dan yang
hanya bernilai sebagai penguasa. Jadi kepemimpin adalah
jauh lebih bobotnya daripada itu. Pemimpin adalah didorong/motivasi
oleh idealisme, ia menghayati suatu pejuangan, memsistematikan,
mengorganisasi operasikan dengan didukung/diikuti oleh orang-orang atau
kelompok-kelompok luar karena mempercayainya sebagai “pemegang
panji/mandate” sebagai pemimpin, harus bisa menunjukkan saat lampu merah
dan lampu hijau kepada anggota, mengetahui bila waktu untuk berhenti
berbicara dan kapan harus bertindak.
Harus dipersiapkan jalur untuk bisa memperingakan pemimpin apabila
langkahnya sudah terlalu terbanam pada langkah-langkah pragmatis supaya
tetap idiil. Sebaliknya apabila ada kegiatan-kegiatan yang terlalu
mengejar identitas bahkan kecenderungan terbawa kepada alam ilusi dan
nostalgia, harus diingatkan pada hal-hal yang realita dan feasibilita.
Ini merupakan hal-hal yang mungkin. Pemimpin harus mempunyai wawasan
berfikir yang terdiri dari prediksi (ramalan tentang perkembangan
masalah), ekses dan konsekuensi apa yang terjadi karena suatu tindakan
dan hasil-hasil apa yang akan dicapai oleh suatu tindakan. Jadi harus
bisa menganalisa masalah, mengevaluasi masa lalu serta menerus mengamati
kegiatan-kegiatan. Kepemimpinan yang lazim tertarik untuk didikte oleh
keadaan kurang membina tugas, sehingga akan merugikan organisasi.
PERANAN ORGANISASI
“Besar suatu organisasi ada batasanya, seperti halnya dengan benda,
karena tidak satupun dari semua ini akan bisa mempertahankan kemampuan
alamiah masing-masing kalau terlalu besar atau kecil, tanpa akan
kehilangan sifat khas masing-masing, atau rusak” (Aristoteles).
Penilaian yang bijak dan filsut ini dapat di pakai sebagi ukuran dalam
suatu organisasi khususnya organisasi profesi. Jumlah anggota yang
terlalu besar menimbulakan masalah ikutan misalnya Sekretariat formal,
komunikasi, administrasi dan sebagainya: tetapi jumah anggota yang
sediit menyangkut masalah efisiensi, biaya, kadangkala untuk beberapa
kegiatan hamper sama dengan anggota yang besar (misalnya masalah
publikasi);untuk itu kemungkinan tidak diperlukan sebuah struktur.
Dr. Aurelio Peccei dari Kelompok Roma (Club of Rome) suatu kelompok
para ahli ilmu pengetahuan, filsuf maupun penyelidik berasal dari
sekitar 40 Negara ya ng mempunya anggota sekitar 100 orang, berangkapan
bahwa angka seratus itu merupakan jumlah maksimum untuk ddapat
mengakomodasi mobilitas yang tinggi, tanpa suatu rganisasi yang resmi.
Kelompok ini mempunya komite eksekutif beranggotakan 8 orang yang
merupakn inti dan satu sama lain agak sering bertemu. Menurut peccei
organisasi yang jelas dan resmi diperkirakan akan menimbulakan birokrasi
yang lamban.
Perkembangan telah membawa masyarakat kepada system yang
berorientasikan pada fungsi, suatu pendekatan yang lebih fungsional. Hal
ini mengakibatkan perlunya pembinaan profisionalisme di dalam
wadah-wadah organisasi profesi. Para ahli dan ilmuan yang mempunya akal
kecerdasan sebagai sumber kehidupan pikiran memerlukan forum untuk
diskusi, kritik dan dialog. Menurut Prof. Sidney Hook “Jika
seseorang menemukan profesi yang memenuhi panggilan kemakmuran
kreatifnya, maka mereka telah menemukan makna kehidupan”. Secara umum
ini juga berlaku untuk semua kalangan,baik artis,seniman, dokter, dan
para ahli lainya termasuk ahli teknik perairan. Jadi
disinilah peran organisasi profesi sebagai suatuwadah organisasi yang
kedalam mampu membina keahlian dan penghayatan etim profesi, sedang
keluar dapat menjembatani kepentingan masyarakat, Pemerintah dan
Pembangunan Nasional.
Sumber: http://ipnu.or.id/
0 komentar:
Posting Komentar