11 Maret 2012

Innalillahi wainnailaihi rojiun, KH Fawaid As'ad kembali ke Rahmatullah

KHR. Achmad Fawaid As'ad
Innalillahi wainnailaihi rojiun pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo Situbondo KHR Achmad Fawaid As'ad meninggal dunia di Graha Amerta RS Dr Soetomo Surabaya sekitar pukul 12.15 WIB.

KH Fawaid As'ad jatuh sakit semalam dan dirujuk dari RS Situbondo menuju ke RS Dr Soetomo Surabaya karena mengalami sakit jantung dan kencing manis.

Sekretaris DPC PPP Situbondo Sunardi Muhib membenarkan wafatnya Pengasuh Ponpes di Situbondo dan sangat disegani tersebut. "KH Fawaid dirujuk dari RS Situbondo semalam ke RS Dr Soetomo,  beliau merasa sakit sebulan belakangan
ini," katanya

Jenazah akan dimakamkan di Ponpes Salwiyah di Sikorejo bersama almarhum ayahanda Kiai Syamsul Arifin. KH Fawaid meninggal dalam usia 43 tahun.

Ribuan orang umat Islam mengalir ke makam KH Achmad Fawaid As'ad Syamsul Arifin, di Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (10/3/2012).

Fawaid meninggal dunia Jumat siang di RS Daerah dr. Soetomo, setelah menderita penyakit jantung dan diaetes. Ia dimakamkan di belakang Masjid Jami' Ibrahimi di dalam lingkungan pesantren, berdekatan dengan makam sang kakek KH Syamsul Arifin dan sang ayah KH As'ad Syamsul Arifin.

Warga silih berganti dari pagi berdatangan membaca ayat suci Al quran di depan makam Fawaid.

Jumat pagi (9/3/2012) itu, seharusnya KH Fawaid As'ad Syamsul Arifin bertemu dengan pengurus dan ketua kamar santri Pondok Pesantren Sukorejo untuk membicarakan beberapa hal. Namun Jumat dini hari, Fawaid mengeluh sesak napas. Setelah salat Subuh, ia diiringi kerabat dan orang kepercayaan berangkat ke Graha Amerta, RS dr. Soetomo Surabaya.

Sebelum dirawat di kamar Graha Amerta, Fawaid sempat berwudu. Pukul 11.30, ia merasa pusing dan dadanya kembali sesak. Di sela rasa sakit itu, ia berbisik kepada Fadlail: 'saya titip pesantren'.

KH Fawaid As'ad menutup mata selamanya.
Gajah mati meninggalkan gading, dan Fawaid pergi meninggalkan pelajaran tentang demokrasi di dunia pesantren. Tak ada yang mengingkari, Fawaid mewarisi karisma sang ayah, As'ad Syamsul Arifin. Pemilu 2004, Partai Persatuan Pembangunan hanya memilki dua kursi di DPRD Situbondo, Jawa Timur. Pemilu 2009, PPP menyabet 12 kursi, setelah Fawaid masuk dan menjadi ketua partai tingkat kabupaten.

Memiliki banyak pengikut mempermudah seorang patron terperosok ke lubang diktatorial, dan menampik suara yang berbeda. Namun Fawaid berbeda. Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah menyebutnya sebagai sosok orang 'satu sikap kata dan perbuatan'.

"Dia sosok kiai yang demokratis," kata Tolak Imam, seorang pengurus anak cabang Partai Gerakan Indonesia Raya yang pernah satu partai dengan Fawaid di Partai Kebangkitan Bangsa.

Tolak ingat peristiwa ini, tahun 1999. Suasana pemilu. Fawaid di hadapan pengurus-pengurus ranting dan anak cabang PKB Situbondo, untuk mengevaluasi kampanye. Seorang pengurus tingkat kecamatan menginterupsi.

Dengan nada keras, sang pengurus tingkat kecamatan menumpahkan kekecewaannya kepada kiai-kiai PKB, termasuk Fawaid. "Kiai yang menyusun jadwal kampanye. Tapi kiai tidak hadir saat kampanye di tempat kami.
Ini sama saja kiai pembohong. Jangan salahkan jika PKB kalah di tempat kami, karena kiai juga yang mengajari kami," kata si pengurus.

Suasana tegang. Seorang kiai dimaki di hadapan banyak orang. Fawaid menarik napas. Dan, ia tidak marah. Ia justru bersuara teduh dan meminta maaf dengan sangat kepada sang pengurus yang menginterupsi tadi. Ia mengaku salah, dan meminta pengurus tadi menggelar pengajian di kecamatan tersebut. Fawaid berjanji akan membiayai dan hadir. Dan, ia menepati janjinya.

Di lain kesempatan, ada seorang santri yang menghadap ke Fawaid dengan raut muka marah. "Kiai, saya akan membunuh seseorang," katanya.

"Kenapa?" tanya Fawaid

"Karena orang itu sudah menghina Kiai di hadapan saya. Kiai adalah guru saya," kata santri tadi.

Fawaid menanggapi tenang. "Saya yang dihina, kenapa engkau yang marah? Sudahlah, biarkan saja," katanya

Ribuan warga Nahdliyin, mengiringi pemakaman KHR Achmad Fawaid As'ad.
Belasan ribu santri dan warga mengiringi pemakaman KHR Achmad Fawaid As'ad, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah Desa Sumberrejo Kecamatan Banyuputih Situbondo, Jumat (9/3/2012) malam. Pemakaman dimulai pada pukul 19.00 dan baru berakhir sekitar 20.30 WIB.

Jenazah dibawa dari rumah duka menuju ke pemakaman umum dengan menggunakan mobil ambulans. Padahal jarak antara rumah dengan makam hanya 200 meter. Selama pemakaman berlangsung, jalan-jalan sekitar pondok macet total.

"Jenazah dengan ambulan untuk menghindari kemacetan. Sebab, pelayat yang mengiringi sangat banyak," ujar Sekretaris DPC PPP Situbondo Sumardi Mufib.

KH Fawaid dimakamkan di sebelah selatan dari makam dua pendahulunya. Paling utara adalah makam KH Syamsul Arifin (kakek) dan KH Asat Syamsul Arifin (bapak).

Pemakaman ini dipimpin oleh wakil pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah KH Afifuddin Muhajir. Dalam sambutannya, KH Afifuddin meminta maaf kepada seluruh warga jika almarhum berbuat salah.

KH Afifuddin juga menyampaikan pesan terakhir dari KHR Achmad Fawaid. Menurutnya, menjelang sakit parah, KH Fawaid meminta kepada seluruh wakil pengasuh, yang jumlahnya tiga, untuk melanjutkan sistem yang selama ini telah dijalani.

"Kita akan melaksanakan amanat tersebut. Selama ini, KH Fawaid memang telah membentuk sistem yang tertata apik. Tidak ada yang perlu diubah," ujarnya.

Perihal pengganti KH Fawaid untuk menjadi kepala pengasuh, KH Afifuddin menyatakan belum ditentukan. Hal itu dinilai tidak bakal mengganggu keberlanjutan ponpes karena selama ini menggunakan sistem kerja kolektif.

Ketua PWNU Jawa Timur KH Mutawakkil Alallah yang turut hadir dalam pemakaman tersebut menyatakan bahwa NU kehilangan salah satu kader terbaiknya. "KH Fawaid adalah ulama muda yang progresif, visioner, teguh pada pendirian dan prinsip. Dia juga penyabar. Kami berharap, untuk selanjutnya, Ponpes Ralafiyah Safi’iyah bisa lebih maju," katanya.

Sementara itu, tahlilan akan digelar mulai besok. Acara dipusatkan di Masjid Jamik Ibrahimi. Tahlilan ini perkirakan diikuti belasan ribu. Sebab, jumlah santri ponpes saja sebanyak 14 ribu. 


Sosok Kyai  Demokratis
Sekadar diketahui, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah Desa Sumberrejo Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo KHR Achmad Fawaid As'ad meninggal dunia di Graha Amerta RS Dr Soetomo Surabaya sekitar pukul 12.15 WIB. KH Fawaid As'ad jatuh sakit semalam dan dirujuk dari RS Situbondo menuju ke RS Dr Soetomo Surabaya karena mengalami sakit jantung dan kencing manis. KH Fawaid meninggal dalam usia 43 tahun.

Sikap demokratis KH Fawaid As'ad Syamsul Arifin tampak dari model pengelolaan Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah, Sukorejo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Mewarisi pondok itu dari sang ayah yang juga ulama besar, KH As'ad Syamsul Arifin, tahun 1990-an, ia mengubah ponpes tersebut dari tradisional menjadi modern, tanpa meninggalkan kultur Nahdliyyin. Di lingkungan pensantren, diperkirakan ada 10.350 santri yang tinggal.

Jika ditambahkan dengan santri yang tidak tinggal di dalam pesantren, maka jumlah santri mencapai 13 ribu orang. Sebagian besar, sekitar 55 persen adalah perempuan, dan beberapa siswa di antaranya berasal dari Malaysia dan Brunei Darussalam.

Mereka memenuhi ruang-ruang kelas belajar, dari taman kanak-kanak, madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah, Ma'had Aly, Sekolah menengah kejuruan, akademi perikanan, akademi manajemen informatika, akademi kebidanan, hingga Institut Agama Islam Ibrahimy.

"Beliau orang yang tangguh dalam urusan manajerial. Beliau tidak pernah mengambil keputusan seorang diri. Dalam hal strategis, beliau senantiasa melakukan rapat dengan pengurus pesantren lainnya," kata Achmad Fadlail, Sekretaris Ponpes, Sabtu (10/3/2012).

"Kiai Fawaid berhasil mengembangkan manajemen struktural dan manajemen komunikasi," kata Fawzy Alco, Kepala Bagian Humas Ponpes Sukorejo, kepada saya.

Fawzy mengatakan, pria kelahiran 17 November 1968 itu ingin mendirikan universitas di lingkungan pesantren. Ini sudah dipersiapkan sejak setengah tahun silam, dan bekerjasama dengan Universitas Islam Negeri Malang. Ia juga ingin mendirikan Islamic Center yang menjadi pusat keilmuan, maupun lembaga pendidikan tinggi ilmu Al quran.

Fawaid banyak berharap kepada calon suami putri tunggalnya yang juga keponakannya, Azaim Ibrahimy, yang saat ini masih belajar di Arab Saudi. Kelak, Azaim diharapkan meneruskan model kepemimpinannya yang demokratis dan progresif.(*)

Sumber: beritajatim.com

0 komentar:

Posting Komentar